Puasa, Terjaga di Waktu Malam dan Tafakur Selasa, 04/04/2023 | 01:14
Tafakur
BNEWS - Menjalan puasa di bulan suci ramadan merupakan ibadah rohani, rahasia khusus antara hamba dan Rabb-nya. Ibadah ini menduduki rukun keempat dalam Islam. Secara terminologi, puasa artinya meninggalkan makan, minum, berhubungan badan, dan berkata.
Juga berarti shumt (diam), seperti dalam firman Allah SWT tentang perkataan Maryam: "Artinya: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS Maryam [19]: 26).
Mengutip buku “Hakikat Ibadah Menurut Ibnu ‘Arabi”, Dr Karam Amin Abu Karam mengatakan, konsep puasa menurut para sufi berbeda dari makna puasa yang disampaikan ahli zahir.
Menurut para sufi, puasa merupakan bagian dari adab tarekat bersama sahar (terjaga malam) dan shumt (diam).
Imam Al-Junaid berpendapat bahwa puasa adalah setengah dari tarekat. Al-Hujwiri berkata, “Puasa meliputi setiap tarekat. Karena pada hakikatnya ia adalah sikap zuhud.”
Zuhud sendiri meliputi banyak kwajiban, di antaranya menjaga perut dari makan dan minum, menjaga mata dari melihat syahwat, menjaga telinga dari mendengar ghibah dan adu domba, menjaga lisan dari perkataan sia-sia dan rendah, serta menjaga tubuh dari kenikmatan dunia dan maksiat kepada Allah SWT.
Nilai-nilai di atas terkandung dalam puasa yang benar, yaitu fana’ dari kehendak dan hawa nafsu, serta tidak melihat kepada yang lain.
Al-Makki menyebut puasa tersebut sebagai puasa khusus, yang dia jelaskan dengan menjaga enam anggota tubuh, yaitu mata, telinga, mulut, hati, tangan, dan kaki. Enam anggota tubuh itu dijaga dari perbuatan-perbuatan yang mengandung kebatilan, kekejian, atau syubhat.
Selain itu, puasa juga menyampaikan kepada kesucian. Menurut dia, siapa saja yang berpuasa menahan dari makan dan jimak, serta menahan anggota tubuhnya yang enam dari dosa, maka ia seperti suci yang sempurna.**/zie/rol