BNEWS - Aktivis lingkungan hidup Perkumpulan Elang menggelar pertemuan Focus Group Diskusi (FGD) bersama Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (jikalahari) unsur Non Government Organization (NGO), akademisi serta media.
Pertemuan ini bertujuan untuk menggalang masukan dalam menyusun konsep dan mendorong penyelamatan dan pemulihan ekosistem Semenanjung Kampar-Kerumutan secara kolaboratif.
Edfan Darlis, Badan Pengurus Perkumpulan Elang mengatakan, dua landscape yaitu penyelamatan dan pemulihan dinilai penting karena adanya potensi kerusakan pada hamparan gambut dan mangrove akibat aktifitas illegal di dalamnya.
"Hal ini juga merupakan bentuk kontribusi Riau dalam upaya mencapai target NDC Indonesia melalui sector kehutanan dan penggunaan lahan (Folu), guna menahan kenaikan suhu bumi yang dapat mengakibatkan krisis iklim global," kata Edfan, Sabtu (11/6/2022), di Kantor Perkumpulan Elang.
Penyelamatan dan Pemulihan ini, papar Edfan Darlis, dilatar belakangi luas lahan gambut di Riau yang mencapai 5.355.774 ha atau 55,76% dari luas lahan gambut yang ada di Sumatera.
"Sebagian besar lahan gambut tersebut berada di bentang alam Semenanjung Kampar-Kerumutan," jelasnya.
Tak hanya itu, Edfan juga menyebut ada hamparan hutan mangrove yang membentang di sepanjang pantai timur Semenanjung Kampar-Kerumutan. Dua ekosistem ini, memiliki potensi penyerapan karbon yang sangat besar jika kondisinya dapat terjaga dengan baik.
“Gambut dan mangrove menjadi dua kata kunci yang sangat penting untuk kita jaga kelestariannya jika Indonesia ingin mencapai target Folu Net Sink di tahun 2030. Ekosistem Semenanjung Kampar-Kerumutan memiliki hamparan gambut dan mangrove yang sangat besar, dua landscape ini perlu menjadi perhatian serius bagi semua pihak,” ujar Edfan.
Disamping itu, Edfan menilai keterlibatan masyarakat juga menjadi point penting dalam upaya penyelamatan dan pemulihan Semenanjung Kampar-Kerumutan.
Sementara itu, Wakil Koordinator Jikalahari, Okto Yugo turut menyoroti potensi hutan alam yang berada di dalam konsesi perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Berdasarkan data Jikalahari, sebut Okto, terdapat lebih dari 200.000 hektar tutupan hutan alam yang masih baik berada dalam konsesi perusahaan.
“Eksisting tutupan hutan alam yang ada di dalam konsesi perusahaan di Semenanjung Kampar-Kerumutan perlu kita advokasi bersama agar tidak dilakukan penebangan. Karena jika kita berbicara tentang capaian Folu Net Sink 2030, yang paling penting adalah bagaimana mencegah deforestasi terjadi di sana,” ujar Okto.
Diakhir diskusi, Deputi Perkumpulan Elang, Jay Jasmi menyampaikan bahwa konsep yang disusun ini nantinya juga akan disampaikan pada pemerintah daerah, terutama pemangku wilayah administrasi bentang alam Semenanjung Kampar-Kerumutan.
"Ada empat kabupaten yang menjadi wilayah administrasi Semenanjung Kampar-Kerumutan yaitu Pelalawan, Siak, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir," katanya.
Kepada empat Kepala Daerah Kabupaten tersebut, Jay Jasmi mengatakan pihaknya akan meminta komitmen untuk turut mendukung upaya penyelamatan dan pemulihan bentang alam Semenanjung Kampar-Kerumutan.
"Perkumpulan Elang mengajak semua pihak untuk turut serta dalam mendorong upaya tersebut," tegasnya.**/jy