Hikmah Orang Paling Mulia, Jika Baik Pangkalnya dan Baik Pula Ujungnya Sabtu, 12/06/2021 | 10:04
BNEWS - Suatu saat, Nabi Muhammad SAW mengarahkan pandangan kepada seorang prajurit yang gagah di medan pertempuran melawan kaum musyrikin. Seketika, Beliau berkata, “Siapa yang ingin tahu penghuni neraka, lihatlah orang ini.”
Dialah Qotzman, yang ikut dalam Perang Uhud dan kaum muslimin kalah dalam pertempuran ini. Ketika pertempuran benar-benar usai, Muslimin menderita kekalahan. Sementara, kaum musyrikin kembali ke Makkah dengan rasa puas karena dendam sejak Perang Badar telah terlampiaskan.
"Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman.", kata salah seorang sahabat. Sebab, Qotzman ditemukan telah ikut gugur dengan luka-luka yang banyak di sekujur tubuhnya.
Mendengar perkataan itu, Nabi Muhammad SAW menjawab, "Sungguh, dia itu adalah golongan penduduk neraka."
Para sahabat menjadi heran. Bagaimana mungkin seseorang yang telah berjuang dengan begitu gagah berani di medan pertempuran justru akhirnya dimasukkan Allah SWT dalam neraka?
Rasulullah SAW lalu menjelaskan, "Semasa Qotzman dan Aktsam keluar ke medan perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parah akibat ditikam musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Qotzman mengambil pedangnya, kemudian mata pedang itu dihadapkan ke dadanya. Ia benamkan pedang itu ke dalam dadanya."
Qotzman ternyata mati bukan karena dibunuh musuh, melainkan bunuh diri. Menurut Nabi SAW, warga Madinah itu bunuh diri karena tidak tahan menanggung kesakitan akibat dari luka yang dialaminya
Beliau pun bersabda, “Sungguh, ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak melakukan amalan penghuni surga, tapi menjadi penghuni neraka. Sebaliknya, ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengerjakan amalan penghuni neraka, tapi akhirnya menjadi penghuni surga. Sesungguhnya, amalan itu dihitung dengan penutupnya.” (HR Bukhari).
Belakangan ini semakin banyak orang yang mudah mengafirkan atau menuduh orang lain ahli bid’ah yang sesat hanya karena beda pemahaman. Mereka merasa paling benar, ahli sunah dan masuk surga, serta tidak mau mendengar pendapat orang lain. Itulah kesombongan karena menuruti hawa nafsu. (QS an-Najm [53]: 32).
Sejatinya, kehidupan dunia ini laksana permainan yang dibatasi waktu. (QS al-An’am [6]: 32). Siapa yang meraih angka lebih tinggi, ia pemenangnya. Namun, orang yang meraih skor tinggi pun belum tentu menang, selagi permainan belum usai.
Sebab, pada saat injury time (detik-detik terakhir) atau additional time (perpanjangan waktu) segalanya bisa berubah. Artinya, seorang yang saleh belum tentu selamat, selagi kehidupan masih berjalan dan belum berakhir (mati).
Kita diajarkan agar memulai perbuatan dengan niat ikhlas (HR Bukhari). Namun, manusia bisa saja tergelincir karena pengaruh pendidikan, teman atau lingkungan sosial yang kurang baik. Orang yang semula saleh bisa berujung buruk (su'ul khatimah). Sebaliknya, orang yang awalnya buruk, bisa berakhir baik (husnul khatimah).
Oleh karena itu, manusia dibagi menjadi empat macam. Pertama, orang yang buruk pangkalnya dan buruk pula ujungnya. Itulah orang-orang kafir yang hatinya telah tertutup dari kebenaran. (QS al-Baqarah [2]: 6-7). Mereka ingkar kepada Allah dan Nabi SAW. Misalnya Abu Lahab yang diabadikan dalam Alquran.
Kedua, orang yang buruk pangkalnya, tapi baik ujungya. Itulah orang-orang yang pernah tersesat jalan hidupnya, lalu sadar dan kembali ke jalan yang benar. Contohnya, Umar Bin Khattab RA yang menjadi pembela Islam.
Ketiga, orang yang baik pangkalnya, tapi buruk ujungnya. Itulah orang-orang saleh yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu dan rayuan setan, sehingga terjerumus dalam kekufuran. Seperti kisah lelaki yang disebutkan di atas.
Keempat, orang yang baik pangkalnya dan baik pula ujungnya. Itulah orang-orang mulia yang terlahir dalam keluarga yang taat kepada Allah SWT. Seumpama Abu Bakar RA, Ali bin Abi Thalib RA, para sahabat, tabi’iin dan yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.
Marilah kita selalu berdoa, “Yaa Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungya, dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan sebaik-baik hariku pada saat berjumpa dengan-Mu.” Aamiin.**/zi/sumber: rol