Tinjau Lokasi "Keranjang Terbang", Bupati Kampar: Kenyataannya Tidak Demikian Jumat, 11/06/2021 | 17:26
Bupati Kampar bercereita dengan anak yang naik keranjang terbang
BNEWS - Setelah sempat viral di Media Sosial (Medsos) saat tiga orang bocah yang merupakan siswa Sekolah Dasar (SD) 011 Desa Kuntu Darusalalam, Kabupaten Kampar bergelantungan dengan keranjang untuk menyeberangi sungai menuju sekolahnya, hari ini Jumat (11/6/2021) Bupati Kampar langsung turun ke lokasi.
Bupati Kampar juga bertemu dengan tiga orang kanak-kanak tersebut, yakni Dermi Zibua (11), Marpin (8) dan Jerini1 Sarona Zibua. Ketiganya merupakan anak yang orang tuanya pekerja di kebun sawit di lokasi tersebut dan keranjang yang mereka gunakan adalah juga keranjang untuk melansir buah sawit.
Bupati Kampar, Catur Sugeng Susanto yang didampingi Kadis PU/PR Afdal dan Kepala Bapeda Azwan, langsung menuju lokasi untuk memastikan bagaimana sebenarnya kenyataan di lapangan, hingga anak-anak tersebut harus bergelantungan di keranjang terbang, untuk menyebrangi Sungai Siantan di Desa Kuntu Darussalam, Kecamatan Kampar Kiri.
Sesampai di lokasi, orang nomor satu di Kampar tersebut mengatakan bahwa kenyataannya tidak seperti yang tersebar luas di media sosial tersebut, yang menggambarkan seolah-olah pemerintah tidak memperhatikan pembangunan untuk rakyatnya.
"Sudah saya duga pasti tidak seperti yang viral di media sosial yang mengatakan hal ini kelalaian Pemerintah Daerah Kampar serta juga bukan kemirisan yang dirasakan masyarakat Kuntu Darusalam," kata Catur.
Menurut Catur Sugeng Susanto Dt Rajo Batuah yang juga menyaksikan video berdurasi 29 detik tersebut, saat tiga bocah menyebrang sungai dengan keranjang terbang, sungai tersebut hanya sungai kecil dan tidak dalam. Kemudian lokasi juga bukan pemukiman masyarakat.
"Hanya ada sekitar 20 orang yang tinggal di kamp kebun sawit di sini dan memang ada anak mereka yang sekolah, sekitar 7 orang, 5 siswa SD dan 2 pelajar SMP," kata Catur.
Tiga anak tersebut juga merupakan anak pekerja asal Nias yang bekerja di kebun sawit tersebut dan bukan warga Kuntu Darussalam atau warga yang memang menetap di desa tersebut. Mereka memilih menetap di pinggir Sungai Siantan, karena memang bekerja dalam kebun sawit.
"Keranjang yang digunakan oleh tiga bocah tersebut merupakan keranjang untuk mengangkut buah sawit ke seberang sungai. Data yang saya tahu saat ini," kata Bupati Kampar.
Sementara Kades Kuntu dan tokoh masyarakat sekaligus ninik mamak, Herizal, mengatakan bahwa sungai tersebut merupakan sungai kecil dan tidak dalam. Bahkan saat musim kemarau seperti saat ini, sepeda motor dan pejalan kaki bisa melewati sungai tersebut di banyak titik dan tidak memerlukan jembatan.
“Kalau air dalam mereka tentu tidak lewat sana. Biasanya orang tua mereka yang antar ke sekolah. Lihatlah, terlihat ada batu-batu di dasar sungai, sepeda motor pun dapat lewat sungai itu," katanya.
Sementara keranjang sawit yang digunakan bocah itu bukan akses satu-satunya untuk sampai di seberang, ada akses jalan dan jembatan, memang agak memutar lebih kurang 10 Km dari lokasi anak-anak yang tinggal di perkebunan sawit tersebut.
"Saat video itu direkam, anak-anak itu hanya untuk bersenang-senang dan anak-anak itu baru pulang sekolah. Narasinya sengaja didramatisir. Padahal kondisi di lapangan tidak sama dengan yang ada dalam video tersebjut," katanya.
Kades juga mengatakan bahwa pemilik perkebunan sawit tersebut ada beberapa orang dan merupakan pengusaha perorangan dan bukan milik perusahaan.**/dai