Derita Anak Kampar Riau, Sekolah Naik Keranjang Terbang, Nyawa Bisa Melayang Kamis, 10/06/2021 | 21:55
Keranjang terbang
BNEWS - Miris, ngeri, nyeri. Itulah kenyataan dan itulah derita kanak-kanak di negeri kaya, terkenal dengan sebutan minyak di atas minyak di bawah, karena memang negeri penghasil minyak dan penyumbang devisa terbanyak untuk negara.
Tapi lihatlah kenyataannya di sini, di Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau. Untuk mendapatkan ilmu, untuk bisa sekolah, anak-anak harus bertarung dengan nyawa mereka. Andai saja tali itu putus, andai saja malapetaka menerpa, nyawa mereka bisa melayang bersama keranjang terbang.
Anak-anak ini dan juga masyarakat, harus menyebrangi Sungai Siantan untuk sampai di seberang. Sungai Siantan adalah sungai yang membelah desa Kuntu dan Desa Kuntu Darusalam di Kecamatan Kampar Kiri.
Mereka terbang, benar-benar terbang, dengan keranjang. Keranjang yang biasanya untuk pengangkut barang disangkutkan ke tali yang melintang di atas sungai. Lalu mereka meluncur, menyeberangi sungai di bawahnya.
Kondisi ini akhirnya viral setelah seseorang memposting video keranjang terbang tersebut di media sosial. Dalam video berdurasi 29 detik tersebut terlihat tiga anak SD naik keranjang terbang untuk sampai diseberang.
Sementara itu Kepala Desa (Kades) Kuntu, Asril Bakar, membenarkan jiga video viral berdurasi 29 detik tersebut berada di desanya.
Asril menyebut bahwa murid SD itu menyeberang dengan berpegangan pada keranjang terbang karena ingin menghemat waktu. Sebenarnya ada jalan lain, jalan memutar untuk menyeberangi sungai, tetapi jauh sekali.
"Itu jalan pintas untuk ke sekolah. Sebenarnya ada jalan lain, lewat Jl KUD, tapi ya jauh," kata Asril.
Menurut Kades, selain bergantungan di keranjang, murid SD itu juga kerap menerjang arus sungai jika air sedang dangkal.
"Kalau air dangkal ya nggak perlu pakai bergelantungan. Menyebrang saja bisa di sana, lepas sepatu, jalan kaki karena sungai itu dangkal. Kalau air naik, ya, bergelantungan," kata Kades.
Menurutnya, tak hanya anak SD yang memakai 'keranjang terbang' tersebut, warga desa nonpelajar juga sering memakainya. Bahkan anak TK juga naik keranjang terbang.**/dai