BNEWS - Tokoh moderat Iran, Masoud Pezeshkian menang dalam putaran kedua pemilihan Presiden Iran dan mengalahkan rivalnya dari garis keras Saeed Jalili, Jumat (5/7/2024).

Pezeshkian (69) merupakan dokter ahli bedah jantung. Dia berjanji untuk mengedepankan kebijakan luar negeri yang bisa meredakan ketegangan atas negosiasi yang kini terhenti dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015.

Namun banyak warga Iran yang skeptis terhadap kemampuannya memenuhi janji kampanyenya, karena pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei adalah otoritas tertinggi di negara republik Islam tersebut.

"Warga Iran yang terhormat, pemilu telah usai, dan ini baru awal dari kerja sama kita. Jalan yang sulit masih terbentang di depan. Jalan ini hanya bisa dilalui dengan mulus melalui kerja sama, empati, dan kepercayaan Anda," kata Pezeshkian dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Sabtu (6/7/2024), dilansir detik.com.

Tingkat partisipasi warga Iran pada pilpres putaran kedua hampir 50 persen saja. Namun jumlahnya jauh lebih baik dibandingkan saat pilpres putaran pertama, dengan 60 persen warga Iran yang memiliki hak untuk memilih, tak datang ke tempat pemungutan suara.

Pilpres Iran ini berlangsung setelah meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi akibat kecelakaan helikopter pada Mei 2024 lalu.

Khamenei memuji kenaikan jumlah pemilih pada pilpres putaran kedua ini. Ia juga mengucapkan selamat kepada Pezeshkian atas kemenangannya dan menasihatinya untuk melanjutkan kebijakan Raisi.

Pezeshkian berhasil menang dengan konstituennya yang berasal dari kelas menengah perkotaan dan kaum muda, yang telah sangat kecewa dengan tindakan keras keamanan selama bertahun-tahun yang membungkam setiap perbedaan pendapat publik.

Rekaman video di media sosial menunjukkan para pendukungnya menari di jalan-jalan di banyak kota di seluruh negeri dan pengendara membunyikan klakson mobil untuk bersorak kemenangannya.**