Madinah-Mekkah, Perjalanan Penuh Air Mata
Jabal Uhud, Saksi Pengkhianatan Perang yang Tewaskan Para Syuhada (4)
Sabtu, 27-09-2025 - 20:43:23 WIB
Foto fi Jabal Uhud
TERKAIT:
   
 

PANAS terik menyambut rombongan jamaah umroh Maharatu yang dipimpin Ustadz Dadang Purnama, begitu turun dari bus, dan berjalan menuju pelataran ke arah Jabal (gunung) Uhud. Muka dilindungi dengan topi dan kacamata hitam. Ada juga yang memakai payung kecil. 

Seketika ratusan burung merpati yang lagi melata mencari makam menyambut jamaah umroh. Merpati merpati ini berterbangan, begitu ada jamaah yang melewatinya. Terlihat indah di udara dan dalam kamera, kepak sayap yang pelan naik ke udara, untuk kembali ke bumi, mencari makanannya 

Sebelumnya Ustadz Dadang sudah menjelaskan bahwa  Jabal Uhud yang terletak di utara Masjid Nabawi merupakan gunung bersejarah di utara Kota Madinah, Arab Saudi, yang menjadi lokasi terjadinya Perang Uhud, pertempuran penting antara umat Muslim dan kaum Quraisy serta  menjadi tempat peristirahatan terakhir para syuhada Perang Uhud, termasuk makam Sayyidina Hamzah. 

Sayyidina Hamzah atau Hamzah bin Abdul Muthalib adalah sahabat, paman, sekaligus saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW. Hamzah memiliki julukan "Singa Allah" karena kepahlawanannya saat membela Islam.
Sayyidina Hamzah tewas dalam pertempuran di Jabal Uhud ini akibat adanya pengkhianatan terhadap perintah Nabi Muhammad  SAW yang berujung pada tewasnya syuhada  umat Islam.

Perang Uhud ini terjadi pada 7 Syawal tahun ke-3 Hijriyah (625 M) yang dipicu oleh balas dendam kaum Quraisy atas kekalahan di Perang Badar, serta keinginan mengancam jalur dagang ke Syam. 
Nabi Muhammad SAW memimpin 700 pasukan Muslim (dari 1.000 yang berangkat karena 300 membelot) melawan 3.000 pasukan Quraisy.

Nabi SAW menempatkan 50 pemanah di atas bukit di sisi barat pasukan untuk melindungi celah strategis dan berpesan agar pemanah tidak meninggalkan pos, meskipun jika kaum Muslimin terlihat menang. 

Awalnya pasukan Muslim sempat unggul dalam pertempuran. Merasa sudah menang, sebagian pemanah meninggalkan pos di Uhud karena tergiur harta rampasan perang, yang membuka celah bagi pasukan kavaleri Quraisy untuk menyerang dari sisi yang tidak terlindungi. 

Kaum Quraisy berhasil memanfaatkan kelengahan pemanah dan membalikkan keadaan. Akibatnya, kaum muslimin kehilangan sekitar 70 orang, Sayyidina Hamzah.

Seterusnya, sebelum sampai ke kaki Jabal Uhud, kita akan bertemu makam.para syuhada tersebut. Berbeda dengan makam di tanah air dengan mejan berkilau dari marmer, di sini tidak ada sama sekali batu mejan. Kita tidak akan mengetahui yang mana makam Sayyidina Hamzah. Semua datar. Tanah dan ada beberapa bekas bebatuan. 

Makam di Mekah dan Madinah memang tidak memakai batu mejan (bangunan atau kijing), mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW yang melarang membangun di atas kuburan, bertujuan untuk menjaga kesederhanaan, agar kuburan lebih mengingatkan pada kematian, serta mencegah perilaku syirik dan bid'ah. 

Dari luar pagar kira-kira hanya akan melihat tanah yang di beberapa tempat terlihat seperti gundukan. Ada beberapa bebatuan seperti runtuhan bangunan.

"Tidak akan ada yang mengetahui yang mana makam Sayyidina Hamzah, semua sama, termasuk makan para Syuhada lainnya. Berdoa dan menyebut nama, hanya itu pertanda bahwa kita mengagumi perjuangan Sayyidina Hamzah," kata Ustadz Dadang.

Usai berfoto di luar pagar makam para syuhada, perjalanan dilanjutkan menuju kaki Jabal Uhud. Ada jamaah yang terus mendaki ke puncak Jabal Uhud, tentu sambil berfoto ria. Ada juga yang hanya sampai kaki Jabal Uhud. Karena memang jamaah umroh tidak diwajibkan mendaki gunung ini.

Jabal Uhud memiliki ketinggian sekitar 1.050 hingga 1.077 meter dengan panjang sekitar 7 km, merupakan berbatuan berwarna kemerahan seperti granit dan marmer merah. 

Jabal Uhud ini memang salah satu tujuan ziarah bagi jamaah haji dan umrah untuk mengingat perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, serta mengucapkan salam kepada para syuhada. 

Selain pertempuran dan pengkhianatan, Jabal Uhud memiliki nilai sejarah karena pernah didaki oleh Nabi Musa dan Harun, serta memiliki keistimewaan karena jasad para syuhada tidak membusuk.

Datang ke sini tanpa pengetahuan awal soal perang Uhud dan tewasnya para syuhada, mungkin hati tidak akan bergetar. Karena ini hanya gunung batu dan lapangan luas yang panas. Tetapi jika sudah ada pengetahuan, akan terasa, di gunung batu yang pastinya panas membara, pahlawan Islam berperang. Tidak ada tempat sembunyi. 

Tapi kekuatan dan kecintaan pada Islam mengalahkan duniawi, mengalahkan kegersangan alam, terik matahari. Jika saat ini kondisi Uhud panas dan gersang meski ada kedai-kedai kecil yang pinggirnya bisa buat berteduh, bayangkan pada zaman perang tersebut. Pasti tantangannya lebih dahsyat lagi.

Kemudian hati juga akan bergumam, dalam posisi apa pun kita berada maka kesetiaan pada janji menjadi penting. Tentu setia pada janji yang akan mengarah pada hal positif. Begitu ingkar, seperti para pemanah lakukan, semua bisa hancur, tercerai berai.**/bersambung/Luzi Diamanda

 




 
Berita Lainnya :
  • Jabal Uhud, Saksi Pengkhianatan Perang yang Tewaskan Para Syuhada (4)
  •  
    Komentar Anda :

     
    PILIHAN +
    #1 BNPT: Mengubah Pancasila Berarti Membubarkan Bangsa Indonesia
    #2 Let's Graze with Cows at Padang Mangateh
    #3 JualBuy.com, Startup Asli Anak Riau Resmi Diluncurkan
    #4 Airlangga Hartanto Serahkan SK Pada Adi Sukemi untuk Maju di Pilkada Pelalawan
    #5 Polda Riau Selidiki Uang BLT Covid-19 yang Diselewengkan
     

     

    Quick Links

     
    + Home
    + Redaksi
    + Disclaimer
    + Pedoman Berita Siber
    + Tentang Kami
    + Info Iklan
     

    Kanal

     
    + Nasional
    + Politik
    + Ekonomi
    + Daerah
    + Hukrim
     
     

     

     
    + Internasional
    + Lifestyle
    + Indeks Berita
     
     
    © 2020 berkabarnews.com, all rights reserved