Emas di Sawah Tersendat oleh Jalan, Kecamatan Bunut Punya Cerita Senin, 01/09/2025 | 06:25
Panen padi
Berkabarbews com, Pelalawan - Matahari baru saja naik, cahayanya menimpa hamparan sawah di Kecamatan Bunut, kabupaten Pelalawan. Pagi itu, suara sabit yang beradu dengan batang padi terdengar bersahut-sahutan.
Bulir-bulir padi yang keemasan jatuh ke tanah, seolah menyimpan janji akan kesejahteraan. Wajah-wajah petani terlihat letih, namun senyum tetap merekah. Panen melimpah, harapan pun merekah.
Namun, di balik senyum itu, ada keresahan yang tak bisa mereka sembunyikan. Panen yang berlimpah tidak selalu berarti perut yang kenyang atau dompet yang penuh. Di ujung sawah, jalan berlumpur menanti. Sebuah penghalang yang membuat “emas” dari ladang itu seringkali terhenti sebelum sampai ke pasar.
“Untuk stok padi sebenarnya mencukupi. Ini modal penting bagi kita menuju swasembada pangan daerah,” ujar Wakil Bupati Pelalawan, Husni Thamrin.
Tapi ia tak menutup mata, masalah terbesar bukan lagi produksi. Jalan yang hancur, licin kala hujan, dan berdebu ketika kemarau, menjadi momok yang menghantam nilai jual hasil panen. “Kita sudah usulkan sejak 2019 pembangunan jalan itu, tapi hingga kini belum terealisasi,” tambahnya, nada kecewa terselip dalam suaranya.
Rudi Hartono, seorang warga yang turut menyaksikan perjuangan petani setiap musim panen, tak mampu menyembunyikan kegelisahannya.
“Beginilah kondisi jalan yang dihadapi warga selama ini. Kami mewakili warga mempertanyakan kepada Pemprov Riau terutama dinas PU soal program pembangunan jalan lintas Bono. Dalam papan pekerjaan disebutkan akan dilakukan penimbunan dan perbaikan jalan berupa sirtu hingga Sibekek, namun sampai hari ini tidak ada realisasinya. Kami minta perbaikan jalan segera digesa,” ujarnya dengan nada getir.
Bagi Rudi, jalan bukan sekadar infrastruktur. Ia adalah urat nadi yang menghubungkan jerih payah petani dengan kesejahteraan keluarga. Tanpa jalan yang layak, bulir emas itu hanya akan menjadi tumpukan di gudang, kehilangan nilai sebelum tiba di pasar.
Sorotan juga datang dari gedung parlemen. Abdullah, Anggota DPRD Riau dari Partai PKS dapil Pelalawan-Siak, menegaskan bahwa pembangunan jalan pertanian tak bisa lagi ditunda.
“Sudah terlalu lama petani menunggu. Kita tidak boleh membiarkan hasil panen terbuang hanya karena jalan rusak. Saya akan memperjuangkan agar anggaran provinsi diarahkan untuk memperbaiki akses ini,” tegasnya.
Lebih jauh, Abdullah menekankan pentingnya pembangunan kawasan ini secara menyeluruh.
“Jika kawasan tersebut dikembangkan secara maksimal dengan dukungan infrastruktur yang memadai, maka bukan hanya sektor pertanian yang terdampak positif, tetapi juga pariwisata dan perekonomian masyarakat sekitar. Kondisi jalan saat ini sudah sangat memprihatinkan, kita tidak bisa menunggu lebih lama. Pemerintah pusat harus turun tangan melalui program pengembangan KSPN,” pungkasnya.
Di tengah sawah yang menghijau, para petani kembali menatap langit. Mereka sudah terbiasa berdoa agar padi tumbuh subur, terhindar dari hama dan banjir. Kini, doa mereka bertambah: jalan mulus yang mampu membawa hasil panen ke pasar dengan lancar.
Sebab, bagi mereka, ketahanan pangan bukan hanya soal panen melimpah. Lebih dari itu, ketahanan pangan adalah bagaimana hasil bumi bisa sampai di meja makan, dijual dengan harga layak, dan benar-benar menyejahterakan.
Bulir emas itu sudah di tangan petani. Tinggal menanti, apakah jalan berliku akan terus menghalangi, atau pemerintah benar-benar hadir membuka akses menuju kesejahteraan.**/Rinaldi