BNEWS - Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022), usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, menewaskan 130 orang. Sementara 180 lainnya masih dirawat di rumah sakit.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, dalam jumpa pers Minggu (2/10/2022) dini hari mengatakan, tidak semua suporter anarkistis, melainkan sebagian yang turun ke lapangan.

"Dari 40.000 penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," ujarnya.

Menurut Kapolda, pertandingan di Stadion Kanjuruhan awalnya berjalan lancar. Namun, setelah pertandingan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC kecewa, beberapa di antaranya turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.

Petugas pengamanan berupaya mencegah dengan melakukan pengalihan agar para suporter tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, petugas melepaskan tembakan gas air mata.

Menurut Kapolda, para suporter tidak puas dan melakukan tindakan anarkistis yang membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

 "Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," kata Kapolda.

Soal korban meninggal dunia, Nico menjelaskan, sebanyak 34 di antaranya ditemukan di Stadion Kanjuruhan, sementara sisanya saat mendapat pertolongan di sejumlah rumah sakit.

"Ada dua polisi yang meninggal. Selain itu, ada 13 unit kendaraan yang rusak, 10 di antaranya milik Polri," kata Kapolda Jawa Timur.**/ara