Berbeda Pendapat Sebuah Kewajaran Tapi Ada Adabnya
Senin, 01-02-2021 - 09:16:32 WIB
Ilustrasi Internet
TERKAIT:
   
 

BERBEDA pendapat itu merupakan sebuah kewajaran. Bahkan sejak zaman Rasulullah SAW, berbeda pendapat sudah ada. Tetapi pada saat itu karena  Nabi masih ada, maka perbedaan pendapat tersebut bisa langsung diselesaikan melalui kebijakan dan keputusan Nabi, berdasarkan bimbingan Allah SWT.

Rasulullah SAW juga sudah memprediksi, sepeninggal beliau hingga akhir zaman, akan selalu terjadi perbedaan pendapat. Karena itu Beliau menegaskan, menyikapi perbedaan pendapat itu adalah dengan merujuk pada Sunah.

"Barangsiapa yang masih hidup diantara kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang diada-adakan, karena hal itu sesat. Dan barangsiapa yang menemui yang demikian itu, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin. Gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian". (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Karena itu, menyikapi perbedaan pendapat, seyogianya diperhatikan sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain, lapang dada (tasamuh), serta tidak merasa paling benar, apalagi sampai menyalahkan pendapat yang lain. Karena kebenaran sepenuhnya hanya milik Allah SWT.

Saat ini kita juga menyaksikan perselisihan pendapat begitu mencuat di antara para ulama, tokoh Islam, dan umat Islam pada umumnya. Idealnya, para ulama, tokoh Islam, dan umat Islam pada umumnya, harus selalu mendasarkan pendapat dan argumen pilihan pada nash Al-Quran dan Sunnah Nabi, bukan pada kepentingan pribadi dan kelompok yang sifatnya duniawi atau material.

Jika kepentingan ekonomi ataupun kepentingan politik yang lebih dominan melatarbelakangi pendapat, maka tunggulah kenistaan dan kehancuran. Jika syariat Islam dikalahkan oleh ambisi dan kepentingan duniawi, maka tunggulah kekacauan dan azab Allah SWT.

Lalu bagaimana kita menyikapi perbedaan? Al-Quran dan hadist telah mengajarkan kita tentang adab-adab dalam berbeda pendapat. Seperti dalam surah An-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman;

"Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdialoglah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang tersesat, dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk."

Karena itu perbedaan pendapat bukan hal yang harus diributkan, apalagi sampai meretakkan ukhuwah Islamiyah karena suatu kelompok merasa paling benar dan menyalahkan yang lain.

Perbedaan pendapat adalah sesuatu yang wajar. Kita, yang tidak sanggup berijtihad sendiri, boleh boleh ittiba', yakni mengikuti atau memilih pendapat mana saja sesuai keyakinan dan pemahaman kita sendiri, disertai pengetahuan dan pemahaman akan landasan/argumen masing-masing pendapat. Taklid buta atau asal pilih, ikut-ikutan, tanpa mengetahui dan memahami alasannya, dilarang, seperti yang dikatakan Allah SWT;

"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak tahu apa-apa tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan rasa, masing-masing akan dimintai pertanggungjawabannya" (Q.S. 17:36).

Pada prinsipnya, Alquran membolehkan dialog, tetapi harus dengan cara yang baik dan beradab. Sebuah dialog tidak jarang melahirkan perbedaan pendapat. Perdebatan yang dilakukan dengan cara-cara tidak beradab akan melahirkan debat kusir.

Hal ini diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis, "Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberi kan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya." (HR Abu Dawud; disahihkan an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin).

Hadis di atas berlaku bagi orang-orang yang melakukan debat kusir tanpa ilmu dan buang-buang waktu. Sayangnya, sering kita temukan fenomena ini dalam media sosial.

Terakhir, adab berbeda pendapat adalah kita mesti punya pendirian atau keyakinan, tetapi tidak boleh memutlakkan keyakinan kita. Kita harus tetap mendengarkan pendapat yang berbeda, mengambil sisi baiknya, dan membuang yang buruk.***/sofyan





 
Berita Lainnya :
  • Berbeda Pendapat Sebuah Kewajaran Tapi Ada Adabnya
  •  
    Komentar Anda :

     
    PILIHAN +
    #1 BNPT: Mengubah Pancasila Berarti Membubarkan Bangsa Indonesia
    #2 Let's Graze with Cows at Padang Mangateh
    #3 JualBuy.com, Startup Asli Anak Riau Resmi Diluncurkan
    #4 Airlangga Hartanto Serahkan SK Pada Adi Sukemi untuk Maju di Pilkada Pelalawan
    #5 Polda Riau Selidiki Uang BLT Covid-19 yang Diselewengkan
     

     

    Quick Links

     
    + Home
    + Redaksi
    + Disclaimer
    + Pedoman Berita Siber
    + Tentang Kami
    + Info Iklan
     

    Kanal

     
    + Nasional
    + Politik
    + Ekonomi
    + Daerah
    + Hukrim
     
     

     

     
    + Internasional
    + Lifestyle
    + Indeks Berita
     
     
    © 2020 berkabarnews.com, all rights reserved