Spirit Ramadhan dan Lecutan Sadar Halal
Sabtu, 08-05-2021 - 16:11:23 WIB
TERKAIT:
   
 

BNEWS - Ramadhan dan halal adalah dua hal yang secara literal berbeda, namun keduanya memiliki pertalian hubungan yang sangat erat. Hubungan interelasi nilai yang menjadikan keduanya dekat secara mengakar.

Setidaknya terdapat sejumlah hal yang melatarbelakangi eratnya interelasi antara Ramadhan dan halal. Pertama, Ramadhan bagi umat Islam adalah karunia Allah Ta'ala yang begitu berharga. Ramadhan adalah bulan suci yang penuh keutamaan, keberkahan, dan ampunan.

Ramadhan adalah bulan mulia yang penuh dengan seruan untuk melakukan kebaikan dan untuk menjauhi segala keburukan. Ramadhan adalah bulan istimewa di mana pahala amal kebaikan dilipatgandakan dan ampunan dicurahkan.

Ramadhan juga merupakan titik waktu terbaik bagi peningkatan keimanan dan ketakwaan, madrasah sempurna dalam menata diri lebih baik untuk membentuk pribadi bertakwa. Ibadah puasa Ramadhan sendiri tujuannya adalah agar dengannya seorang hamba mencapai derajat takwa.

Begitu banyak keutamaan di bulan Ramadhan yang dengan itu kita berlomba-lomba untuk menjalankan apa-apa yang menjadi perintah-Nya sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Spirit Ramadhan dengan kuatnya menggerakkan kita untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas amal ibadah.

Ramadhan sarat dengan nasehat agar kita menjadi umat beragama yang rendah hati, berakhlakul karimah, senantiasa menjaga persaudaraan dan memupuk rasa kasih sayang, tasamuh dalam kemajemukan, saling memuliakan sesama, serta memiliki kepekaan dan kepedulian kepada yang lain.

Hadirnya Ramadhan seperti air sejuk yang menyirami tumbuh suburnya nilai ruhiyah dalam semua dimensi kehidupan, dari spiritual hingga sosial. Hikmah ini begitu terasa ketika Ramadhan hadir bersamaan dengan masih berjangkitnya pandemi. Bahkan sudah dua Ramadhan ini kita jalani dalam situasi pandemi Covid-19.

Selanjutnya, tempaan istimewa selama bulan suci Ramadhan tersebut menghadirkan banyak implikasi penting bagi kehidupan. Di antaranya, terbentuknya pola kehidupan yang berorientasi ibadah. Dengan kata lain, Ramadhan membentuk pola ketaatan yang bernilai ibadah.

Termasuk ketaatan dalam bermuamalah. Seperti muamalah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan yang halal, baik halal dari sisi dzatnya maupun halal dari cara pemerolehannya. Makan dan minum misalnya, pada dasarnya bukanlah aktivitas ibadah khusus. Kita diberi kebebasan untuk dapat makan minum apa saja.

Namun ketika kita menjaga ketaatan untuk selalu mengonsumsi makanan dan minuman yang halal semata-mata karena mengharapkan ridha Allah Ta'ala, maka aktivitas ini bernilai ibadah. Terlebih, aktivitas makan minum tersebut juga akan berpahala ketika diniatkan agar tubuh memperoleh energi sehingga dengan itu menjadi kuat untuk menjalankan ibadah, seperti salat, atau untuk bekerja mencari nafkah, menuntut ilmu, mengajar, merawat orang tua, mendidik anak-anak, membantu sesama, dan lain sebagainya.

Begitu penting dan mendasarnya halal, Imam al-Ghazali menggambarkan halal dan implikasinya dengan penjelasan yang begitu menggetarkan hati. Menyimak dan memahaminya akan melecutkan kesadaran kita akan pentingnya selalu mengonsumsi produk halal dalam kehidupan sehari-hari kita.

Diilustrasikan oleh Imam al-Ghazali, memakan harta yang halal itu adalah baik, dan juga menghasilkan yang baik pula. Seseorang yang selalu membiasakan memakan harta yang halal akan menambah cahaya dan sinar keimanan pada hati. Juga akan menimbulkan kegentaran dan kekhusyukan terhadap kebesaran Allah Ta'ala, menggiatkan seluruh anggota badan untuk beribadah dan taat, mengurangkan kecenderungan hati pada dunia serta menambah ingatan terhadap hari kiamat. Dengan demikian akan diterimalah amal ibadah serta doa-doa kita.

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, "Pilihlah makanan yang halal, niscaya doamu akan dikabulkan."

Pemahaman bahwa halal adalah baik dan mengonsumsi produk halal adalah jalan untuk mendapat keridaan Allah SWT ini akan membangun 'sadar halal' dalam diri seseorang. Hal itu kemudian secara alami menumbuhkan kecintaan kepada produk halal yang memengaruhi tingkah lakunya. Ketika halal dijadikan sebagai nilai yang menjadi parameter dalam kehidupan sehari-hari, maka terbentuklah kecenderungan seseorang untuk selalu selektif memilih yang halal saat menentukan produk yang akan dikonsumsinya.

Dengan kecenderungan ini, ia akan terbiasa untuk mengidentifikasi apakah sebuah produk itu halal dan baik untuk dikonsumsinya, ataukah haram, atau syubhat, samar-samar. Dalam kondisi ini, cinta kepada produk halal bukanlah sebuah jargon, tapi sebuah nilai prinsip. Halal adalah life-style, gaya hidup yang terus hidup secara bertalian dengan segala aktivitas berkehidupannya.***/sumber: kemenag.go.id




 
Berita Lainnya :
  • Spirit Ramadhan dan Lecutan Sadar Halal
  •  
    Komentar Anda :

     
    PILIHAN +
    #1 BNPT: Mengubah Pancasila Berarti Membubarkan Bangsa Indonesia
    #2 Let's Graze with Cows at Padang Mangateh
    #3 JualBuy.com, Startup Asli Anak Riau Resmi Diluncurkan
    #4 Airlangga Hartanto Serahkan SK Pada Adi Sukemi untuk Maju di Pilkada Pelalawan
    #5 Polda Riau Selidiki Uang BLT Covid-19 yang Diselewengkan
     

     

    Quick Links

     
    + Home
    + Redaksi
    + Disclaimer
    + Pedoman Berita Siber
    + Tentang Kami
    + Info Iklan
     

    Kanal

     
    + Nasional
    + Politik
    + Ekonomi
    + Daerah
    + Hukrim
     
     

     

     
    + Internasional
    + Lifestyle
    + Indeks Berita
     
     
    © 2020 berkabarnews.com, all rights reserved