PBB Sebut 18 Orang Tewas Akibat Kekerasan di Myanmar Selasa, 02/03/2021 | 15:48
Para pengunjuk rasa mendirikan barikade darurat untuk menghalangi pasukan keamanan saat demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Minggu (28/2/2021).
YANGON - Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, 18 orang tewas dan 30 orang terluka akibat kekerasan menentang kudeta militer di Myanmar. Kematian tersebut dilaporkan terjadi akibat peluru tajam.
"Peluru tajam yang ditembakkan ke kerumunan di Yangon, Dawei, Mandalay, Myeik, Bago dan Pokokku," kata Kantor Hak Asasi Manusia PBB pada Minggu (28/2/2021) dalam satu pernyataan yang merujuk ke beberapa kota.
Seperti dilaporkan AP, Kantor PBB menambahkan bahwa pasukan militer juga menggunakan gas air mata dan granat setrum. Pasukan keamanan di Myanmar melepaskan tembakan dan melakukan penangkapan massal pada Minggu (28/2.2021).
Angka tersebut akan menjadi korban tewas satu hari tertinggi di antara para pengunjuk rasa yang menuntut pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dipulihkan ke tampuk kekuasaan setelah digulingkan oleh kudeta militer 1 Februari.
“Kami mengutuk keras kekerasan yang meningkat terhadap protes di Myanmar dan menyerukan kepada militer untuk segera menghentikan penggunaan kekuatan terhadap pengunjuk rasa damai,” kata juru bicaranya, Ravina Shamdasani.
Tembakan sebelumnya telah dilaporkan saat protes di Yangon, ketika polisi juga menembakkan gas air mata dan meriam air ketika mencoba membersihkan jalan. Foto selongsong peluru dari amunisi aktif yang digunakan dalam senapan serbu diposting di media sosial.
Laporan awal di media sosial mengidentifikasi seorang pemuda yang diyakini telah terbunuh. Mayat sang pemuda terlihat dalam foto dan video tergeletak di trotoar sampai pengunjuk rasa lain membawanya pergi.***