Konflik Manusia dan Gajah Dipicu Kerusakan Hutan TNBT Jumat, 10/07/2020 | 13:22
Foto berisatu.com
JAMBI - Kerusakan hutan yang terus meluas di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Kabupaten Tebo yang berada di Provinsi Jambi dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, menjadi pemicu meningkatnya konflik manusia dengan Gajah.
Kerusakan hutan terjadi akibat pembalakan liar, kebakaran lahan dan konversi hutan menjadi kebun sawit di kawasan TNBT. Kondisi ini menyebabkan gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sering ke luar hutan dan masuk ke perkebunan rakyat.
Akibatnya, konlfik manusia dengan gajah di wilayah Jambi dan Riau pun semakin sering terjadi dan sulit dihindari. Solusi utama yang perlu dilakukan mengatasi konflik manusia dengan gajah ini adalah dengan melestarikan bentang alam TNBT Jambi-Riau.
"Pelestarian kawasan hutan TNBT yang merupakan habitat utama gajah Sumatera akan mampu mencegah gajah Sumatera ke luar hutan dan memasuki areal pertanian dan perkebunan,” kata Pj Sekda Provinsi Jambi, Sudirman, pada Sosialisasi Forum Kolaborasi Pengelola Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Hidupan Liar di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Kabupaten Tebo, Jambi di Hotel Asten, Kota Jambi, Kamis (9/7/2020).
Menurut Sudirman, sebelum terjadi kerusakan hutan TNBT, konflik manusia dengan gajah di Jambi jarang terjadi. Namun belakangan ini, konflik manusia dengan gajah semakin sering terjadi akibat keluarnya gajah dari kawasan konservasi gajah di TNBT.
Gajah yang yang masuk ke pertanian dan perkebunan rakyat sering mati terbunuh. Diperkirakan sekitar 700 ekor Gajah Sumatera telah mati terbunuh selama 10 tahun terakhir.
Menurutnya, untuk melindungi kawasan konservasi gajah Sumatera di TNBT, Gubernur Jambi sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor: 177/ KEP.GUB/DISHUT-3.3/2020 tentang pembentukan Forum Kolaborasi Pengelola Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Hidupan Liar di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Kabupaten Tebo.
Melalui forum tersebut, upaya penyelamatan gajah Sumatera, pelestarian TNBT dan penyelamatan pertanian dan perkebunan petani dapat diatasi secepatnya.
Bukit Tiga Puluh merupakan hutan tropis dataran rendah terletak di pusat Pulau Sumatera dan merupakan rumah bagi bermacam satwa karismatik dan terancam punah seperti harimau Sumatera, tapir, trenggiling, orang utan dan gajah Sumatera. Kelangsungan hidup satwa langka dilindungi tersebut tergantung pada kelestarian habitatnya.
“Dibalik itu semua terdapat satu hal menggelisahkan sebab kini hampir 80 % gajah Sumatera justru hidup di luar kawasan konservasi seperti areal hutan produksi, perkebunan kelapa sawit dan area lainnya. Kondisi inilah yang berpotensi menyebabkan fenomena meningkatnya konflik manusia dan gajah Sumatera,” ujarnya.***