Prasasti Membuktikan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Benar Adanya Minggu, 02/08/2020 | 09:57
JAKARTA - Keberadaan Kerajaan Tarumanegara bukan dongeng, tapi benar adanya. Kerajaan tertua yang menguasai Pulau Jawa bagian barat ini didirikan pada abad ke-4 Masehi. Keberadaannya ditandai dengan sejumlah prasasti, yang menceritakan keperkasaan raja-rajanya, terutama Raja Purnawarman.
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman dan merupakan kerajaan Hindu. Dari sejumlah prasasti yang ditemukan menyebut jika pusat kerajaan Tarumanegara berada di sekitar daerah Bogor sekarang.
Dilansir dari detik.com, wilayah kekuasaan kerajaan ini membentang mulai dari wilayah Banten, Jakarta, sampai Cirebon.
Prasasti-prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Tarumanegara tersebut antara lain, Prasasti Ciaruteun yang ditemukan di tepi aliran Sungai Ciaruteun Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor pada 1863.
Pada tahun 1981 prasasti ini diangkat dan disimpan dalam cungkup di Kecamatan Cibungbulang. Usaha pemindahan ini dilakukan oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bentuk tulisan pada prasasti menunjukkan bahwa Prasasti Ciaruteun dibuat pada abad V. Prasasti ini ditulis dalam aksara Palawa dan berbahasa Sansakerta sebanyak 4 (empat) baris masing-masing 8 suku kata.
Bunyi bacaannya : ""Inilah sepasang (telapak) kaki, yang seperti (telapak kaki) Dewa Wisnu, ialah telapak kaki Yang Mulia Purnawarman, raja di negara Taruma (Tarumanagara), raja yang gagah berani di dunia".
Ada lagi Prasasti Jambu, yang ditulis dalam dua baris tulisan Pallawa dan berbahasa Sanskerta, ditemukan oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854. Lokasi ditemukannya prasasti ini masuk ke dalam wilayah perkebunan karet "Sadeng Djamboe" yang terletak di Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Isinya kurang lebih tentang pujian pada Raja Purnawarman.
Lalu Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di Kampung Muara sejak awal abad ke-19 ketika diadakan penebangan hutan untuk pembukaan perkebunan kopi. Prasasti Kebon Kopi dituliskan pada sebongkah batu andesit pada salah satu bidang permukaannya yang rata, beraksara Pallawa, berbahasa Sansekerta, dan diapit oleh sepasang gambar telapak kaki gajah.
Selanjutnya Prasasti Cidanghiang, ditemukan pada tahun 1947 terletak di Sungai Cidangiang di desa Lebak Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Pada prasasti ini terdapat lukisan sepasang kaki, bacaannya sebagai berikut: (Ini tanda) penguasa dunia yang perkasa, prabu yang setia serta penuh kepahlawanan, yang menjadi panji segala raja, yang termashur Purnawarman)
Ada juga Prasasti Tugu, berisi keterangan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
Penggalian kanal ini untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Prasasti Kerajaan Tarumanegara ini dipahatkan pada batu andesit berbentuk bulat telur dengan tinggi 1 meter. Tulisan pada prasasti ini berjumlah 5 baris, beraksara Pallawa, berbahasa Sansekerta.
Selain pahatan tulisan, pada prasasti ini juga terdapat pahatan hiasan berbentuk tongkat dengan ujung menyerupai trisula. Gambar tongkat ini dipahat memanjang tegak lurus dan menjadi pembatas tiap baris tulisan pada prasasti.
Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu. Kini lokasi penemuan masuk ke dalam wilayah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Kemudian Prasasti Pasir Awi, diketahui sejak tahun 1864. Prasasti ditemukan di lereng selatan Bukit Pasir Awi yang terletak di dalam kawasan hutan di perbukitan sebelah barat daerah Cipamingkis, Desa Sukanegara, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Pada prasasti ini terdapat pahatan sepasang tapak kaki yang menghadap ke arah timur dan utara.
Tidak ditemukan adanya aksara yang dapat dibaca. Namun ada piktograf yang menggambarkan sebatang dahan dengan ranting-ranting dedaunan dan buah-buahan.
Terakhir Prasasti Muara Cianten, pertama kali dilaporkan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864. Isi dari prasasti Kerajaan Tarumanegara ini belum diketahui karena tulisannya tak terbaca.***