Musim Kemarau, BMKG Ingatkan Potensi Hujan Tinggi di Sejumlah Wilayah Selasa, 21/07/2020 | 08:10
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyatakan, saat ini cuaca dalam keadaaan kontras yang membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan. Pada sisi lain hujan ekstrem justru mengguyur beberapa wilayah.
“Musim kemarau melanda hampir di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan, wilayah Indonesia bagian tengah mulai Sulawesi Tengah. Tetapi Maluku hingga Papua bagian utara malah berpotensi mendapatkan curah hujan relatif tinggi dalam 20 hari ke depan,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan BMKG, musim kemarau masih terus akan berlanjut hingga Oktober nanti. Deputi Klimatologi BMKG, Herizal, menjelaskan, dari 342 daerah Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 64% ZOM telah memasuki musim kemarau hingga pertengahan Juli ini. Hal ini seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering dan bertiup dari arah Timur-Tenggara.
Daerah yang telah memasuki musim kemarau antara lain: Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Barat, DKI Jakarta bagian barat dan timur, Pesisir utara Banten, Pesisir timur Jambi, Riau dan Aceh, Sumatra Utara bagian tengah, utara dan timur, Kalimantan Selatan bagian barat, Kalimantan Tengah bagian timur, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan. Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur, serta Papua bagian tengah, selatan dan utara.
Dari wilayah-wilayah yang telah memasuki musim kemarau tersebut, 30% ZOM telah mengalami kondisi kering berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) atau deret hari kering bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan diatas 61 hari.
“HTH terpanjang terjadi di Oepoi, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur selama 70 hari. Sementara itu, prediksi Hujan BMKG hingga 9 (Sembilan) bulan ke depan menunjukan musim kemarau secara umum akan berlangsung hingga bulan Oktober 2020,” ujar Herizal.
Herizal mengingatkan, daerah yang tidak atau belum mengalami kemarau juga perlu mewaspadai adanya potensi curah hujan dengan kriteria Tinggi hingga Sangat Tinggi dalam 4 (empat) bulan ke depan.
Daerah tersebut meliputi: sebagian Aceh, Sumbar, Kalbar, Kaltara, Sultra, Sulteng; Sulbar; Maluku Utara; Papua Barat dan sebagian Papua (pada bulan Juli 2020), sebagian Aceh, Sumbar, Kalbar, Kaltara, Sulbar, Maluku Utara; Papua Barat dan Sebagian Papua (pada bulan Agustus 2020), Aceh, sebagian Sumut, Sumbar, Kalbar dan Kaltara, Sulbar, Papua Barat dan sebagian Papua (September 2020), Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Kalbar, Kaltara, Sulbar, Papua Barat dan sebagian besar Papua (Oktober 2020).
Potensi itu didasarkan pada kondisi suhu muka air laut perairan Indonesia yang masih cukup hangat, sehingga men-suplay cukup uap air ke atmosfer akibat proses penguapan.
Sementara itu, aktivitas gelombang ekuator tropis (Gelombang Kelvin dan Rossby) serta aliran massa udara Samudera Pasifik yang masuk ke Indonesia, berpotensi menimbulkan peningkatan aktivitas pembentukan awan konvektif di Indonesia sebelah utara ekuator, terutama di Indonesia bagian timur dan tengah.
Sebagai upaya pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, Dwikorita menegaskan, bahwa 5 Balai Besar BMKG di Wilayah Indonesia Barat, Tengah dan Timur serta Koordinator Stasiun BMKG di seluruh Provinsi Rawan Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi, terus berupaya menggencarkan penyebarluasan Peringatan Dini ke masyarakat, agar lebih massif dalam meningkatkan kewaspadaan dan mendukung upaya pencegahan bencana tersebut.**