Madinah-Mekkah, Perjalan Penuh Air Mata Minggu, 21/09/2025 | 07:09
Jalan kaki menuju Masjid Nabawi
Sampai di Masjid Nabawi (1)
"Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak."
Saat pramugari Lion Air yang membawa rombongan jamaah umroh dari travel umroh Maharatu mengumumkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara King Abdul Aziz, saat kilauan lampu yang membuat Kota Jeddah benderang dari udara mulai terlihat dari kaca jendela, air mata tiba-tiba jatuh begitu saja. Hati penuh haru.
"Alhamdulillah, Engkau telah panggil dan izinkan hamba Mu ini datang ke tanah suci Mu. Sungguh Engkau Maha Kuasa, memberi segala yang diniatkan, mengabulkan segala yang dipinta dalam hati. Tidak ada yang lebih indah dibanding datang ke tanah suci Mu ini ya Allah," lirih mulut berbisik, mengiringi air mata, titik satu persatu.
Mendarat dan masuk ke ruang kedatangan Bandara, Ustadz Dadang Purnama, tour leader kami, memberi petunjuk tempat whudu dan ruangan shalat perempuan. Rombongan bergegas mengerjakan shalat. Usai shalat dan melihat rombongan lain, semua sama, menitikkan air mata, tentu oleh rasa syukur luar biasa. Ini perjalan jiwa, memenuhi panggilanNya.
"Kita akan tempuh perjalanan 6 jam lagi dengan bus, untuk sampai di Hotel Royal Madinah tempat kita menginap dan bisa shalat Subuh di Masjid Nabawi. Rombongan kita ke Madinah dulu baru Makkah. 5 hari di Madinah. 5 hari di Makkah," kata Ustadz Dadang Purnama saat rombongan sudah di atas bus.
Di atas bus yang nyaman, sejuk dan wangi, jamaah hampir rata susah tidur, tentu karena ingin cepat-cepat sampai di Masjid Nabawi dan mengerjakan shalat di sana.
Masjid Nabawi menjadi salah satu masjid yang mengandung sejarah penting bagi umat Islam. Masjid ini dibangun oleh Rasulullah SAW dan dari masjid inilah beliau mulai mengembangkan dakwah dan syiar Islam ke berbagai penjuru negeri. Masjid Nabawi juga menjadi tempat makam Nabi Muhammad SAW dan para khalifah Islam awal. Masjid ini adalah Masjid suci kedua bagi umat Islam, setelah Masjidil Haram, didirikan pada tahun 622 M.
Tak terasa saat sebagian jamaah tertidur, ustadz Dadang Purnama melalui pengeras suara menjelaskan bahwa rombongan hampir tiba di hotel dan menara Masjid Nabawi mulai terlihat. Kota Madinah terang benderang oleh lampu. Haru kembali datang. Jamaah ada yang saling berpelukan, sama-sama menangis.
"Ya Allah Bu, kita sampai di Madinah," kata teman sebangku sambil memeluk dengan air matanya berderai.
Meski terpaku dan mata memandang ke kaca jendela untuk melihat Kota Madinah, air mata juga tumpah. Perasaan campur aduk, terharu, bersyukur dan ngilu, kenapa baru sekarang datang ke sini. Tapi itu memang Allah SWT yang telah menentukan.
Kota Madinah adalah kota suci kedua setelah Makkah, tempat hijrah Nabi Muhammad SAW sekaligus tempat makam beliau. Madinah dilindungi dari Dajjal dan penyakit menular. Keberadaan Masjid Nabawi dan Raudhah di Madinah memberikan keutamaan luar biasa, di mana shalat di sana dilipatgandakan pahalanya, seribu kali lipat.
Firman Allah: “Dan orang-orang (Ansar) yang telah mendiami kota (Madinah) dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.” (QS. Al-Hashr [59]: 9)
Ayat ini menjelaskan peran besar Madinah sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya umat Islam.
Tak lama, jamaah pun selesai chek in, membersihkan diri dan berjalan kaki menuju masjid Nabawi. Dari hotel sekitar 7 menit. Memasuki gerbang Masjid Nabawi, kami masuk dari pintu 327, rombongan laki-laki dan perempuan berpisah. Pintu masuk ke Masjid berbeda. Dan hari pertama, rombongan kami dapat dengan mudah masuk Masjid dan disambut kenyamanan dan kesejukan ruang mesjid khusus perempuan ini. Shalat pun segera ditunaikan.
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa: 103).
"Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al-Baqarah: 45).
Rabbi, indahnya karunia Mu.
"Ya Allah, Engkau telah memilih, apa lagi yang lebih dari ini? Izinkan hamba melaksanan perintah Mu di Masjid Nabi Saw ini, izinkan hamba bersujud memohon ampun, karena hamba hanyalah manusia yang tak luput dari salah, dari dosa. Janji Mu bahwa siapa pun yang berdosa lalu bertaubat dengan sungguh-sungguh, Engkau akan memberikan ampunan Mu. Hamba benar-benar ingin bertaubat, hamba mohon tuntun hamba ke jalan lurus dan Engkau Ridhoi," jiwa berbisik, berharap menembus langit, sampai kepada-Nya, Allah Yang Maha Esa, Yang Maha Adil.
Alhamdulillah, hari pertama ini rombongan kami dapat melaksanakan Shalat Tahiyatul Masjid, yakni salat sunah dua rakaat yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan ketika masuk masjid, sebagai bentuk penghormatan kepada rumah Allah, dan tidak boleh duduk sebelum melaksanakannya, kecuali ada uzur.
Kemudian shalat sunah taubat, yakni shalat dua rakaat yang dilakukan untuk memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah diperbuat.
"Sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. An-Nahl ayat 119).
Dilanjutkan dengan shalat sunah Tahajud, yakni shalat sunah muakkad (sangat dianjurkan) yang dilakukan pada malam hari setelah bangun tidur, dan merupakan ibadah istimewa yang akan mengangkat derajat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat mu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra: 79).
Tak lama azan Subuh berkumandang dan shalat sunah fajar pun dilaksanakan. Kemudian yang dinanti datang, shalat Fardu Subuh pertama di Masjid Nabawi.
Tidak ada yang bisa menggambarkan campur aduknya rasa. Beberapa jamaah berpelukan, bertangisan. Antara percaya dan tidak, bisa melaksanakan shalat di Madjid Nabawi, impian banyak orang, tujuan yang hendak dituju oleh mereka yang beragama Islam.
Tiba-tiba seluruh rasa pedih yang pernah ada di hati oleh pahitnya jalan hidup, sirna seketika. Rasa marah, rasa kecewa, rasa benci, hilang begitu saja. Berganti syukur tak terkira dan memaafkan semua hal yang pernah menyakiti atau pun menghalangi jalan kehidupan. Hati tenang luar biasa. Jika mata sembab oleh tangis, itu adalah tangis bahagia, tangis syukur, karena Allah sudah mengizinkan kaki menginjak tanah suci-Nya.
""La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim." (Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).