Pencipta Syair 'Hujan Bulan Juni' Telah Pergi ke Rumah Abadi Minggu, 19/07/2020 | 12:56
Sapardi Djoko Damono
JAKARTA - Penyair yang terkenal dengan syairnya " Hujan Bulan Juni" Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di usia 80 tahun pada pukul 09.17 WIB, Minggu (19/7/2020) pagi.
Almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Eka BSD. Sebelumnya Sapardi memang sedang dirawat di rumah sakit karena menurunnya fungsi organ tubuh.
"Bapak masih di ICU karena memang kondisinya perlu dimonitor, karena usia, tentu fungsi organ menurun dan ada infeksi berat," demikian keterangan Sonya Sondakh, kerabat Sapardi.
Penyair angkatan 1970-an ini telah menghasilkan banyak karya puisi hingga cerpen. Beberapa karya Sapardi Djoko Damono yang terkenal adalah puisi Hujan Bulan Juni, Yang Fana Adalah Waktu, dan Aku Ingin dan Pada Suatu Hari Nanti.
Pria kelahiran 20 Maret 1940 itu adalah salah satu sastrawan besar milik Indonesia yang telah berkreasi sejak remaja. Di usia 17 tahun, sajak yang dia bikin sudah menjadi sajak wajib di pertemuan Kesenian Nasional Indonesia sampai tiga kali.
Selain penyair, Sapardi juga dikenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra. Sapardi mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Kraton "Kasatriyan", lalu ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri II Solo.
Mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Bahasa Inggris. Tak hanya itu Sapardi juga pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, tahun 1970-1971.
Sapardi pernah mengungkapkan bahwa dia tidak percaya dengan bakat melainkan niat dan konsistensi. Kata Sapardi, dengan modal niat dan konsistensi manusia bisa memproyeksikan ide mengenai dirinya menjadi kenyataan.
Bermodalkan dua hal itu juga dia mulai mengasah kemampuan dan kesukaannya pada dunia sastra. Alhasil sudah puluhan karya sastra dia terbitkan, mulai dari sajak, syair, hingga puisi.
18 tahun lalu sang Sastrawan ini mendapat gelar Doktor pada bidang ilmu sastra dengan disertasi yang berjudul "Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur". Pada tahun 1995 ia dikukuhkan menjadi Guru Besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (UI).
Peran Sapardi dalam dunia sastra Indonesia bisa dibilang cukup besar. A Theuw dalam bukunya berjudul Indonesia Modern II yang terbit 1989 mengungkapkan bahwa Sapardi adalah sastrawan dengan karya yang orisinil dan kreatif.***/int/zie