Resmikan Pesantren Ekologi di Inhil, Gubri: Agama dan Alam Harus Berjalan Seiring Sabtu, 26/07/2025 | 19:02
Gubri saat peresmian Pesantren Ekologi
Berkabarnews.com, Inhil - Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid meresmikan Pesantren Ekologi di Desa Belaras Barat, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Sabtu (26/7/2025). Pesantren ini dirancang sebagai pusat pendidikan dan aksi nyata bagi generasi muda untuk menjadi pelopor dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir Riau.
Peresmian yang dihadiri unsur Forkopimda, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta aparat desa ini menandai langkah strategis Pemerintah Provinsi Riau dalam mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup, khususnya di wilayah pesisir yang rentan terhadap abrasi dan dampak perubahan iklim.
Dalam kata sambutanya Gubri menegaskan pentingnya menggabungkan pendidikan agama dengan aksi nyata pelestarian lingkungan. "Kerusakan alam di daerah pesisir harus ditangani melalui pendekatan holistik yang menyentuh hati dan perilaku generasi muda," ujar Abdul Wahid.
Menurut Gubri program ini akan mengusung pelatihan agroekologi berkelanjutan kepada para santri, memastikan keterlibatan aktif mereka dalam pemulihan kawasan mangrove sebagai benteng utama masyarakat pesisir dari abrasi dan intrusi air laut.
"Kami berharap dari desa inilah lahir generasi muda yang tak hanya menguasai ilmu agama, tapi juga menjadi pelopor pelestarian lingkungan. Pesantren Ekologi ini adalah bentuk nyata bahwa agama dan alam harus berjalan seiring," sebutnya.
Gubri juga menjelaskan, pada tahun 2024 seluas 1.683 hektare hutan mangrove telah direhabilitasi di Riau dengan melibatkan 56 kelompok masyarakat, memberdayakan lebih dari 1.100 tenaga kerja lokal, dan berhasil menanam lebih dari 5,3 juta batang mangrove.
Sementara itu Kepala Desa Belaras Barat, Atan Herman, menyampaikan terima kasih atas kehadiran Gubernur dan seluruh jajaran provinsi Riau di lokasi. Ia menyatakan desa Belaras Barat siap menjadi contoh bagi desa-desa pesisir lainnya dalam menjaga dan mengembangkan pesantren ekologi ini.
"Perhatian Bapak Gubernur ini menjadi energi besar bagi masyarakat untuk bangkit dan menjaga ekosistem mereka," kata Atan.
Selain menjadi pusat pendidikan agama dan lingkungan, pesantren ini diharapkan menjadi pusat riset kecil-kecilan untuk memetakan ancaman pesisir. Fokus riset mencakup penurunan kualitas tanah, pencemaran laut, dan penebangan mangrove secara ilegal.
Pemerintah Provinsi Riau sendiri berkomitmen akan memperluas cakupan program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) ke lima kabupaten pada tahun 2025, yaitu Indragiri Hilir, Pelalawan, Kepulauan Meranti, Bengkalis, dan Rokan Hilir, dengan target rehabilitasi mencapai lebih dari 4.200 hektare.
Acara peresmian ditutup dengan simbolis penanaman pohon mangrove oleh Gubernur Abdul Wahid, tokoh masyarakat, santri, dan para pejabat yang hadir. Kegiatan ini menjadi simbol awal dari gerakan Santri Peduli Lingkungan di Riau, sekaligus penanda komitmen jangka panjang dalam melestarikan lingkungan pesisir demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.**/nai