GHS Indonesia Latih Kader Kesehatan Riau Perkuat Promosi Imunisasi Lewat Media Sosial Rabu, 02/07/2025 | 13:54
Pelatihan Promosi Imunisasi Berbasis Media Sosial di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru, Selasa (1/7/2025) hingga Rabu (2/7/2025).
BNEWS - Dalam upaya mendorong peningkatan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Provinsi Riau, Global Health Strategies (GHS) Indonesia menyelenggarakan Pelatihan Promosi Imunisasi Berbasis Media Sosial di Hotel Grand Zuri, Pekanbaru, Selasa (1/7/2025) hingga Rabu (2/7/2025).
Ganendra Awang Kristandya, Senior Director for Indonesia and ASEAN GHS, mengatakan bahwa GHS bermitra dengan Kementerian Kesehatan (Kemkes) terkait peningkatan kapasitas imunisasi khususnya penyebaran informasi di media sosial ini.
"Berdasarkan based line survey kami, 55 persen responden di Pekanbaru mengatakan tidak percaya dengan penyampaian informasi imunisasi dari petugas Kesehatan. Ini 'kan concerning sekali. Maka dari itu kita harus cari tools lain. Kami coba membuat program-program yang membantu menyebarkan informasi yang benar tentang imunisasi. Ide-ide ini kami bawa ke Kemenkes dan disetujui untuk dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia sebagai area pilot, salah satunya Provinsi Riau," kata dia.
Ganendra menambahkan, kegiatan GHS di Provinsi Riau sudah dimulai sejak akhir tahun 2024 lalu di mana mereka melakukan based line survey di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar untuk melihat sejauh mana pemahaman masyarakat terkait imunisasi ini seperti apa.
"Data menunjukkan konten-konten yang kami share di media sosial itu sudah dilihat totalnya lebih dari 6 juta kali. Jadi potensi promosi Kesehatan di Riau itu sungguh besar dan menunjukkan minat masyarakat itu ada, tapi konversinya yang perlu ditingkatkan. Apakah masyarakat setelah melihat itu benar-benar mau ke Puskesmas?" ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, drg. Sri Sadono Mulyanto, menyampaikan apresiasi atas inisiatif GHS Indonesia dan turut menekankan pentingnya peran media sosial sebagai sarana efektif menyampaikan pesan kesehatan di tengah arus informasi digital yang deras.
"Masifnya hoaks dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi menjadi tantangan utama. Di luar kendala geografis, dua hal ini sangat memengaruhi rendahnya cakupan imunisasi," pungkasnya.
Drg Sri Hadono mengungkap, selama dua tahun belakangan angka imunisasi di Provinsi Riau meningkat namun sayangnya angka imunisasi dasar lengkap (IDL) untuk anak usia bawah lima tahun (balita) justru menurun.
"Salah satu faktor yang selalu ditakutkan para orang tua adalah anak jadi demam setelah diimunisasi, mereka tidak tahu bahwa demam itu adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang amat normal. Nah ini memang masih jadi PR kita bersama bagaimana mengedukasi orang tua," jelasnya.
Selain itu, berdasarkan data dari situs resmi Pemerintah Kota Pekanbaru, capaian IDL yang sempat menyentuh angka 86,8 persen pada 2022 anjlok menjadi 56 persen pada 2024.
Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi munculnya kembali penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Sementara itu, Senior Advisor GHS Indonesia, Dr. dr. Anung Sugihantono, M.Kes., menyoroti pentingnya peran ibu dalam pengambilan keputusan imunisasi anak. Berdasarkan survei, ibu yang aktif di media sosial cenderung lebih responsif terhadap isu kesehatan anak.
"Namun, media sosial adalah pedang bermata dua. Selain sebagai sarana edukasi, platform digital juga bisa menjadi lahan subur bagi hoaks jika tidak dimanfaatkan dengan tepat," ujarnya.
Senada dengan itu, Danu Ramadityo dari Tim Strategi KIE Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, menegaskan bahwa upaya menangkal disinformasi perlu pendekatan kolaboratif. Ia menyebutkan Kemenkes telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan mitra seperti GHS, serta menerapkan strategi komunikasi berbasis pre-bunking atau pencegahan sebelum informasi keliru menyebar luas.
"Strategi komunikasi ini menyasar seluruh elemen, mulai dari masyarakat umum hingga tenaga kesehatan dan pemangku kebijakan. Peran media juga sangat sentral dalam memastikan pesan yang disampaikan akurat dan berimbang," tutup Danu.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 60 peserta dari lintas sektor, termasuk tenaga kesehatan, kader posyandu, tokoh masyarakat, hingga pemuka agama dari berbagai kabupaten/kota di Riau.
Selama dua hari pelatihan, peserta akan dibekali keterampilan menyusun narasi yang informatif, menarik, dan mudah dipahami, serta strategi penyebaran konten digital yang tepat sasaran. Materi yang diberikan mencakup desain konten, pemanfaatan aplikasi pendukung, dan teknik optimasi distribusi pesan di platform media sosial.**/rbk